Minggu, 28 Juni 2009

Renungan LUCU

LUCU

Lucu..bagaimana uang 10 ribu tampak begitu besar
ketika disumbangkan ke masjid
dan begitu kecil saat kita belanjakan di supermarket

Lucu...betapa lama rasanya 1 jam beribadah kepada Allah
dan betapa sebentarnya waktu 60 menit
untuk memancing atau bermain bola

Lucu...betapa beratnya membaca 1 juz Al Quran
dan betapa mudahnya membaca 200 sampai 300 halaman novel terkenal

Lucu...bagaimana kita mempercayai apa kata koran
namun mempertanyakan apa kata Quran

Lucu...bagaimana kita terkagum dengan biografi sesorang
Namun tidak memahami satupun ketika membaca sejarah Rasulullah

Lucu...bagaimana kita kehilangan kata-kata saat berdoa
dan betapa lancar ketika ngobrol dengan teman

Lucu...bagaimana mudah menghafal syair-syair lagu
Namun betapa sulitnya menghafal Al Quran

Dan begitulah...
Hal-hal lucu tak selamanya menjadi hiburan bagi jiwa kita
karena ada hal-hal "lucu" yang perlu kita renungkan

Selasa, 16 Juni 2009

Melihat dan Berfirasat

Kondisi "melihat" sesuatu akan tercapai bila mata yang melihatnya normal, dan cahaya sedang bersinar terang.

Tanda-tanda kebesaran Tuhanpun akan terlihat dengan jelas, bila yang melihatnya dikaruniai keimanan yang jernih, dan sekaligus dikaruniai cahaya dariNya. Tentu saja penglihatan yang dimaksud adalah melihat
dengan mata hati.
Kondisi inilah yang dibentangkan oleh Rasulullah SAW dalam sebuah hadits, yg diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dan Imam Bukhari, yakni:
"Ittaquu firasatal mukmin, fainnahu yandhuru binurillah"
Artinya, Takutlah (perhatikanlah) firasat orang mukmin (para kekasihNya), sebab dia itu melihat
dengan
cahaya
Allah.
Saya coba menuliskan ulang apa yg tercantum di syarah (penjelasan) hadist Imam Tirmidzi, Tuhfatul Ahwadzi.
Allah SWT meletakkan firasat tersebut di hati para auliya'Nya, sebagai tanda kemuliaan (karamah / kekeramatan), dengan kemampuan mengetahui hal ihwal seseorang, melihat dan mendapatkan intuisi atas sesuatu yang akan terjadi, dsb. Karena itulah, penglihatan semacam ini disebut sebagai penglihatan dengan mata hati atau diistilahkan sbg nurul bashar.
Sebenarnya, nurul bashar ini adalah penglihatan ruh. Ia terkoneksi ke penglihatan akal yang memiliki jaringan syaraf (neural network) di kedua mata manusia. Jadi kalau mau dibedakan, mata adalah milik fisik anggota badan, sedangkan bashar milik ruh.
Bila akal dan ruh bebas dari kesibukan nafs, maka akal akan mampu menjangkau apa yang dilihat oleh ruh. Karena itulah, orang awam kesulitan terhadap hal ini, sebab ruhnya terlalu disibukkan oleh nafs, yakni untuk selalu memuaskan syahwat keinginannya (syahwat mata, syahwat perut, syahwat kemaluan, dll). Dengan demikian, ruh menjadi sibuk, dan tidak sempat memperhatikan segala hal yg bersifat batiniyyah.
Dalam QS.15:75 "Inna fi dzalika la ayatal lil mutawassimin"
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Kami) bagi orang-orang yang memperhatikan tanda-tanda.
Mengenai mutawassimin ini, Shahabat Anas RA menceritakan bahwa Rasulullah SAW bersabda:
إِنَّ لِلَّهِ عَزَّ وَجَلَّ عِبَادًا يَعْرِفُونَ النَّاس بِالتَّوَسُّمِ
Sesungguhnya Allah SWT memiliki hamba-hamba yg mampu mengenali seseorang dengan tatapannya.
Dalam kitab yg tersebut di atas, bahkan diceritakan tentang Imam Syafi'i yang langsung tahu pasti bahwa ada seseorang yang sedang mencari budaknya. Dan beliau menyuruh santrinya yakni Rabi', untuk menanyainya orang tersebut. Selanjutnya menyuruh orang tersebut pergi ke daerah Habs, dan ternyata budak itu memang diketemukan di sana.
Sayyidina Umar RA pun terkenal dengan ketajamannya terhadap syaitan, sehingga bila syaitan mengetahui beliau melewati suatu jalan, maka syaitan akan segera mengambil jalan lain menjauhi beliau, karena begitu takutnya syaitan.
Seorang shahabat datang menghadap Sayyidina Usman RA. Shahabat tsb baru saja lewat pasar dan memandang cewek di sana. Tiba-tiba S. Usman RA berkata bahwa salah seorang yg hadir di hadapan beliau ada yg kedua matanya terdapat bekas zina. Sontak Shahabat tadi bertanya (untuk meyakinkan dirinya), apakah yg dikatakan tadi itu berjenis wahyu ? Beliau menjawab "Bukan wahyu, namun burhan, firasat, dan shidq".
S. Umar RA pernah pada saat berkhutbah, tiba-tiba berteriak "Ya Sari' Jabal (gunung)". Para hadirin dibuat terheran-heran. Namun di kemudian hari datanglah pasukan yg baru saja selesai bertugas, dan menyatakan bahwa mereka berhasil selamat dari kepungan pasukan musuh. Sebab mereka lari merapat ke sisi gunung, setelah mendengar teriakan (entah siapa) yg menyuruhnya ke gunung itu. Dan saat itu persis pada saat Sayyidina Umar RA berkhutbah tadi.
Ini belum Sayyidina Ali KW dan lebih-lebih Rasulullah SAW. Selanjutnya, Insya Allah kita semua juga sdh pernah mendengar hal semacam ini terjadi di kalangan para ulama kita di tanah air.
Namun lucunya ada saja orang yang hasud (dengki) terhadap beliau-beliau. Dilancarkannya berbagai fitnah baik lewat milis, buletin, VCD, dsb. Na'udzu billahi min dzalik. Entahlah bagaimana murka Allah SWT melihat para kekasihNya dijadikan bulan-bulan oleh sejumlah geng (yg juga mengaku golongan muslim) ini. Mudah2an Allah SWT memberikan hidayah kepada mereka agar menghentikan sikapnya memusuhi kekasih2Nya tersebut. Agar murka Allah tidak menimpa tanah air kita tercinta sbg akibat ulah jahat mereka.
Akhirnya kita berdoa, mudah2an Allah SWT mengaruniakan kita kecintaan terhadap Rasulullah SAW, para shahabat, para auliya', dan kaum muslimin muslimat hingga akhir zaman nanti.
Wallu a'lam bish shawab.
blog.its.ac.id/aguszacsitsacid/2007/03/28/melihat-dan-berfirasat/ -